TULISAN GURU DAN PESERTA DIDIK SMK NEGERI 1 PLUPUH KABUPATEN SRAGEN IKUT SERTA DALAM BUKU ANTOLOGI BERJUDUL “SERENADE UNTUK SEBUAH KISAH” YANG DILUNCURKAN OLEH DITJEN PELINDUNGAN BUDAYA KEMENDIKBUD RISTEK PADA HARI KAMIS, 02 DESEMBER 2021

Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) merupakan warisan budaya turun-temurun yang diwariskan dari generasi ke generasi. WBTb yang berbeda-beda pada setiap daerah menperkaya ke-bhinneka-an Indonesia. Namun sayangnya, tidak setiap orang mengenal WBTb. Untuk itulah, Ditjen Pelindungan Kebudayaan Kemendikbud Ristek selalu mengupayakan sosialisasi WBTb kepada masyarakat luas. Salah satu upaya sosialisasi tersebut adalah dengan mengemas WBTb ke dalam cerita pendek ber-genre romansa. Dengan menyampaikan WBTb dalam bentuk cerpen romansa, diharapkan bisa mengenalkan WBTb kepada masyarakat luas, terutama pelajar, dengan bahasa yang lebih menarik dan mudah dicerna.

Tahapan pertama adalah pembekalan tentang pengenalan WBTb dan teknik kepenulisan. Pembekalan tersebut dilakukan secara daring dengan melibatkan narasumber Pudencia MPSS (Tim ahli WBTb), Asma Nadia (penulis), dan Anna Farida (editor). Setelah mendapatkan pembekalan, penulis diberi kesempatan untuk menulis cerpen. Naskah dari penulis tersebut selanjutnya ditelaah oleh Kirana Kejora (penulis novel dan script writer). Dari hasil telaah tersebut, selanjutnya para penulis melakukan perbaikan naskah hingga layak cetak.

Setelah melalui berbagai tahapan, akhirnya, lahirlah sebuah buku Antologi berjudul “Serenade untuk Sebuah Kisah” yang diluncurkan oleh Ditjen Pelindungan Budaya Kemendikbud Ristek pada Kamis (02/12/2021) di Hotel Atlet Century Park Senayan. Acara tersebut dihadiri oleh Refita Meri dari Balai Pustaka, Kirana Kejora, dan juga dimeriahkan dengan pembacaan monolog oleh Cornelia Agatha. Buku “Serenade untuk Sebuah Kisah” tersebut memuat tiga puluh tiga cerpen romansa WBTb yang mewakili setiap pulau di Indonesia, dan juga puisi dari tiga penulis. Adapun cerpen yang ditulis oleh penulis dari SMK Negeri 1 Plupuh yaitu “Merindu Paca Goya” oleh Sri Suparti, M.Pd., dan “Sepasang Pengantin yang Mengeong” oleh Nadia Ha’iliyah.

Sri Suparti menyebutkan bahwa “Merindu Paca Goya” mengangkat ritual Paca Goya dari Maluku Utara. Cerpen tersebut mengungkapkan cara masyarakat Kalaodi di Maluku Utara dalam upaya melestarikan hutan dalam wujud gotong royong membersihkan hutan yang diakhiri dengan syukuran berupa makan bersama. “Cerpen tentang Paca Goya ini mengajarkan kepada kita untuk selalu bersyukur kepada Sang Pencipta dengan cara merawat alam sekitar kita,” ungkap Sri Suparti.

Adapun “Sepasang Pengantin yang Mengeong” karya Nadia Ha’iliyah berisi tentang ritial “Manten Kucing” dari Jawa Timur. Ini merupakan ritual meminta hujan dengan cara menikahkan sepasang kucing selayaknya adat pernikahan manusia. “Kucing, hewan yang takut air saja butuh air dan mengharapkan hujan. Bagaimana dengan kita yang manusia?” Demikian Nadia Ha’iliyah mengutip salah satu adegan dalam cerpen yang dia tulis.

Kepala SMK Negeri 1 Plupuh Kab. Sragen Dr. SUTIKNO, S.Pd., M.Pd menyampaiakan : “Tentunya, suatu kebanggaan dan kepuasan sendiri bagi penulis-penulis dari SMK Negeri 1 Plupuh karena mendapat kesempatan menulis buku yang diterbitkan Kemdikbud. Harapannya, buku tersebut menjadi motivasi bagi guru dan peserta didik lain untuk berkarya. Tidak hanya karya berupa tulisan ilmiah, tetapi juga karya berbentuk fiksi.”